16/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Sebait Kisah Celemek DD

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

“Ibu-Ibu itu punya naluri untuk memasak, coba siapkan perlengkapan buat Ibu-ibu di pengungsian supaya mereka bisa mengolah masakan sesuai citarasa mereka” kata Pak Parni Hadi, Dewan Pembina Dompet Dhuafa (DD) di Posko Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu.

Malam itu, selepas isya, Iman Surahman, Komandan Respon DMC mengumpulkan semua relawan Respon Erupsi Gunung Merapi 2010 di Posko DD Jogjakarta. Selain untuk melakukan evaluasi aksi harian, malam itu juga hadir Dewan Pembina DD untuk memberikan spirit dan wejangan kepada segenap relawan.

Salah satu bahasan adalah kondisi pengungsian erupsi gunung merapi di Stadion Maguwoharjo yang memprihatinkan. Ribuan pengungsi datang memadati, tumpukan baju bekas yang menggunung, serta kurangnya aktifitas yang menghilangkan kejenuhan para bapak-bapak dan Ibu-ibu hidup di Pengungsian.

Beberapa hari kemudian, tim relawan dibawah komando Iman Surahman mempersiapkan program-progeam hiburan bagi pengungsi dan membeli berbagai perlengkapan memasak, kebetulan juga DD akan melakukan pemotongan puluhan hewan kurban di pengungsian Maguwoharjo.

Bak pesta besar, hampir semua orang terlibat dalam kegiatan pemotongan dan pengolahan daging kurban, ibu-ibu turut memasak daging kurban bersama-sama, semua berbahagia menikmati panganan di Idul kurban di pengungsian.

Tiga tahun kemudian, saya mendapat amanah untuk beramal usaha di DMC Dompet Dhuafa, wejangan dari Pak Parni tentang naluri memasak Ibu-Ibu menjadi program ‘gimmick’ respon yang saya usulkan ke Pak Asmoro, Direktur DMC saat itu. Dan gayungpun bersambut.

Beberapa hari kemudian, saya ajukan pengadaan beberapa perlengkapan masak dan celemek hijau berlogo Dompet Dhuafa. Setiap kali terjun ke lokasi bencana, celemek ini pun menjadi ‘tool’ aksi wajib yang dibawa oleh tim respon sebagai pelengkap program Dapur Umum di Pengungsian.

Tak dinyana, celemek hijau ternyata menjadi salah satu daya tarik ibu-ibu untuk bergabung menjadi relawan Dapur Umum. Bahkan di beberapa lokasi, celemek jadi rebutan, meski akhirnya kami kirim kembali tambahannya.

Fungsi utama dari celemek adalah agar baju si pemakai tidak kotor karena cipratan minyak atau bumbu saat memasak. Fungsi ini sangat terasa, ketika terbatasnya pakaian saat di pengungsian. Sementara fungsi ‘branding’ dan komunikasi dari celemek itu hanya mengikuti saja.

Di pengungsian erupsi Gunung Sinabung di Masjid Kabanjahe Karo, saat itu ada kunjungan Menteri Sosial RI yang diliput stasiun TV Nasional. Sang juru kamera berusaha tidak menyorot spanduk-spanduk berlogo lembaga-lembaga bantuan yang terpasang di sekitar masjid (mungkin karena TV tersebut juga melakukan penghimpunan). Namun saat meliput kegiatan Dapur Umum DD di Masjid tersebut, mereka tak bisa menghindari untuk tidak menyorot logo yang ada di celemek. Celemek hijaupun masuk TV, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang ikut masak jadi makin bersemangat.

Selepas aksi dapur umum selesai, celemek pun menjadi tanda mata bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan Dapur Umum di pengungsian. Lebih dari 1.000 pcs celemek diproduksi dan bertebaran di medan aksi bencana. Semoga menambah semangat bagi yang memakainya dan menambah enak yang dimasaknya. Salam Tangguh. – Asep Beny (Rempoa, Ahad 2 April 2017)

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.