19/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

ARSA Bukan Teroris Al Qaeda Tapi Membela Rohingya

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

RAKHINE – Arakan Rohingya Solidarity Army (ARSA), yang sebelumnya dikenal sebagai Harakatul Yakeen, pertama kali muncul pada bulan Oktober 2016, saat menyerang tiga pos polisi di kota Maungdaw dan Rathedaung, menewaskan sembilan petugas Polisi Myanmar.

Meskipun menghadapi penindasan selama bertahun-tahun, Rohingya yang sebagian besar Muslim telah lama menahan diri dari kekerasan.

Salah seorang warga Rohingya yang tinggal di Kota Maungdaw mengatakan, bahwa anggota ARSA hanya berjumlah belasan orang. Mereka menyerbu pos-pos terdepan dengan tongkat dan pisau, dan setelah membunuh petugas mereka melarikan diri dengan persenjataan ringan.

Dalam sebuah pernyataan video berdurasi 18 menit yang dikeluarkan Oktober lalu, Ataullah Abu Amar Jununi, pemimpin kelompok tersebut, mengakui serangan tersebut, mereka menyalahkan tentara Myanmar karena telah melakukan kekerasan di wilayah tersebut.

“Selama lebih dari 75 tahun terjadi berbagai kejahatan dan kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya … oleh karena itu kami melakukan serangan 9 Oktober 2016 – untuk mengirim sebuah pesan bahwa jika kekerasan tidak dihentikan, kami memiliki hak untuk membela kita sendiri, ” kata Abu Amar.

Maung Zarni, Pengamat dari Pusat Studi Ekstrimisme Eropa mengatakan kepada Al Jazeera, kelompok tersebut (ARSA -Red), muncul karena genosida secara sistematis yang dilakukan oleh militer Myanmar.

“Ini bukan kelompok teroris yang bertujuan menyerang jantung masyarakat Myanmar seperti yang diklaim pemerintah,” kata Zarni.

“Mereka adalah sekelompok pria tanpa harapan yang memutuskan untuk membentuk kelompok pertahanan diri dan melindungi orang-orang mereka yang tinggal dalam kondisi yang mirip dengan kamp konsentrasi Nazi,” tambahnya.

“Tindakan ARSA menyerupai narapidana Yahudi di Auschwitz yang bangkit melawan Nazi pada bulan Oktober 1944,” imbuh Zarni.

Namun, karena serangan ARSA (25/8/2017) yang menyasar 30 Pos Polisi dan tentara di Negara Rakhine serta menewaskan 12 orang petugas, menyebabkan 300.000 orang Rohingya terpaksa meninggalkan tanah air leluhur mereka di wilayah barat Myanmar Rakhine. Mereka menghadapi genosida (pembunuhan), penyiksaan, pembakaran dan pemerkosaan massal oleh pasukan keamanan Myanmar dan sekutu mereka yang beragama Buddha .

Warga dan saksi mata mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara tersebut membalas dengan kekuatan yang tidak proporsional, membakar sejumlah rumah dan desa Rohingya saat mereka berusaha memburu para penyerang.

Tentara Myanmar telah menempatkan korban tewas sekitar 400 orang, namun sebagian besar warga mengatakan bahwa lebih dari 1.000 orang yang tewas.

Akan tetapi kelompok yang melakukan serangan tersebut tetap bersikeras bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi kepentingan terbaik Rohingya ke depan. (Al Jazeera)

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.