20/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Saya Begum Jaan, Saya Rohingya

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

BANGLADESH – Nama saya Begum Jaan, 65, berasal dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Saya kabur dari kampung saya beberapa pekan lalu.

Hidupku menjadi perjuangan panjang. Suami saya meninggal 25 tahun yang lalu, dan sejak itu saya telah mengemis di jalan-jalan di desa saya untuk bertahan hidup. Kedua anak perempuan saya sudah menikah, jadi saya tidak punya orang untuk mendukung saya.

Suatu malam saya terbangun mendengar suara senjata dan ledakan sangat keras, saya tidak tahan. Saya jadi tidak bisa tidur karena saya suara letusan yang tak pernah habis sepanjang malam.

Saya lihat semua orang melarikan diri, jadi saya pun akhirnya ikut melarikan diri bersama mereka, saya tidak ingin ditinggalkan sendirian.

Butuh waktu dua hari untuk mencapai Bangladesh, saya menempuh perjalanan sangat sulit karena saya memerlukan tongkat dan tidak ada yang menemani saya, meskipun saya bersama banyak orang menuju Bangladesh. Saya mendengar tentara berpatroli dengan kapal melalui sungai, saya jadi takut dan buru-buru menyeberangi dan menjauhi sungai yang membatasi Myanmar dan Bangladesh.

Meskipun saya sudah berada di Bangladesh, saya masih takut kalau saya bertemu dengan militer Myanmar. Tapi saya lebih bahagia sekarang, karena saya tidak bisa mendengar suara senjata atau ledakan lagi.

Saya merasa dunia luar sangat mendukung kami dan itu membuat saya merasa lebih baik. Saya ingin semua orang mendengar cerita saya, saya ingin seluruh dunia mendengar duka kami, tapi saya tidak tahu apa yang akan dilakukan ke depan. Kami tidak memiliki masa depan; hidup kami tidak ada harapan.

* Seperti yang diceritakan kepada Katie Arnold, dari Al Jazeera di Kamp Penampungan Baru, Balukhali dekat Cox’s Bazar di Bangladesh dan Wawancara ini telah diedit tanpa menghilangkan subtansi.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.