24/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Saya Ahessan, Saya Rohingya!

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

BANGLADESH – Nama saya Ahessan, umurku 30 tahun. Sebelum krisis, saya adalah seorang petani di desa asal saya Chin Khali, tapi saya juga mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak setelah bekerja, jadi saya adalah orang yang sangat sibuk.

Pada tanggal 25 Agustus, saya sedang sarapan bersama keluarga, saat militer memasuki desa dan mulai menembaki senapan mereka ke arah kami. Itu tanpa pandang bulu dan lima anggota keluarga saya meninggal dunia di saat itu.

Saya menemukan ibu terbaring di lantai dengan luka peluru di punggungnya, adik perempuan saya berbaring di dekatnya dengan luka tusukan ke wajah dan tubuhnya. Ini adalah pemandangan yang paling menyedihkan yang saya saksikan, tapi saya tidak sempat bersedih, karena takut militer juga akan menembak saya.

Seorang tentara mencoba memperkosa adik perempuan saya, dia melawan tapi mereka masih terus memaksa. Dia sangat trauma dengan kejadian itu, sehingga dia tidak pernah lagi mengucapkan sepatah kata pun sejak itu, dan dia hampir tidak bisa bergerak – saudara laki-laki saya dan saya membawa adik saya itu ke sini (Bangladesh-Red) dengan tandu yang dibuat dari bambu dan selimut.

Kami melihat banyak hal buruk di jalan menuju Bangladesh – ada mayat, anak-anak menangis dan orang tua kelaparan. Ketika sampai di perbatasan, ada lebih dari seribu orang Rohingya lainnya yang berusaha menyeberangi sungai. Akhirnya, kami menemukan sebuah kapal yang bisa membawa membawa kami menyeberang.

Kehidupan kami di Bangladesh sangat menyedihkan, kami tidak memiliki tempat berlindung yang layak, tidak ada sanitasi dan tidak cukup tempat bagi semua pengungsi untuk tidur.

Kami hidup dengan sangat mengerikan, bisa jadi kami juga akan mati. Kami khawatir orang Rohingya akan segera meninggal di pengungsian ini. Namun jika kami tinggal di Myanmar, maka kami akan terbunuh, tapi di sini di pengungsian, kami tidak memiliki kehidupan.

Saya percaya seluruh dunia membantu dan mendukung kami dan untuk itu, kami sangat bersyukur.

* Seperti yang diceritakan Ahessan kepada Katie Arnold (Al Jazeera) di Kamp Penampungan Baru Kutupalong, dekat Cox’s Bazar, Bangladesh.

* Wawancara ini telah diedit tanpa menghilangkan Subtansi.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.