28/03/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Keluarga Bayi yang Ditahan di RS Karawang Dapat Bantuan LPM Dompet Dhuafa

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

KARAWANG – Setelah mendapat info tentang adanya bayi ditahan rumah sakit Karawang, karena orang tua tidak mampu membayar tagihan, Tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa langsung merespon.

“Tim LPM langsung datang kerumah orang tua bayi, dan diterima Manaf, orang tua bayi tersebut. Ia membenarkan, kalau ia dna isterinya pulang tanpa bayi. Namun sesampai di rumah aparat desa membantunya, dan mereka kembali ke Rumah Sakit untuk melunasi tagihan dengan menggunakan anggaran desa setempat,” ungkap Staf Program LPM Ahmad Lukman kepada KBK, Jumat (22/9/2017).

Namun mujur tak dapat diraih dan malang tidak dapat ditolak, jabang bayi yang baru saja ditebus dari rumah sakit, akhirnya meninggal. “Mungkin karena keracunan air ketuban,” ungkap Manaf kepada Rosyid dari LPM Dompet Dhuafa yang berkunjung ke rumah Manaf.

Ketika Rosyid sampai di rumah sang bayi, kata Ahmad, bayinya sedang dalam proses pemakaman. “Tim LPM ikut mengantar jenazah ke kubur,” terang Ahmad.

Karena kondisi duka ini, akhirnya LPM memberikan bantuan kerohiman untuk kebutuhan sehari-hari, karena Manaf sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh serabutan.

Bayi Ditahan

Seperti diberitakan KBK sebelumnya, bayi pasangan suami istri Ny Heni Sudiar dan Manaf ditahan atas kebijakan Rumah Sakit Intan Barokah Karawang akibat tidak mampu membayar tagihan biaya rumah sakit.

Akhirnya pasangan suami istri tersebut sudah kembali ke rumahnya di Desa Karyamukti, Kecamatan Lemahabang, Karawang. Sedangkan bayinya masih tertahan di rumah sakit. Alasan penahanan bayi itu, karena orang tuanya tidak mampu membayar tagihan perawatannya.

“Kami tidak mampu membayar tagihan perawatan rumah sakit sekitar Rp12 juta. Jadi, bayi kami ditahan pihak rumah sakit sejak 8 September lalu hingga sekarang,” kata Manaf, orang tua bayi laki-laki yang ditahan pihak rumah sakit tersebut.

Ia mengatakan, bayi itu sebenarnya lahir secara normal, tapi karena sakit dan diduga keracunan air ketuban, bayi itu harus dirawat secara intensif di rumah sakit.

Awalnya pihak RS meminta bayaran Rp4,3 juta untuk biaya persalinan dan pengobatan. Tetapi tagihan itu tidak bisa dipenuhi, karena pihak keluarga hanya mampu membayar Rp2,3 juta.

Menurut dia, pihak RS sudah mengabarkan bayinya yang dirawat di rumah sakit itu mendapat perawatan intensif selama sepuluh hari, dan memberitahu pula bahwa bayi itu bisa dibawa pulang.

“Tapi kami bingung harus membayar biaya perawatan. Informasinya, kami harus membayar tagihan Rp12 juta,” katanya.

Setelah dibantu aparat desa, akhirnya bayi dapat ditebus, Rabu siang (20/9/2017) dan ia wafat Rabu sore (22/9/2017).

 

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.