20/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Naiknya Angka Kekerasan Seks Terhadap Anak, Daruratnya di Mana?

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

JAKARTA – Naiknya angka kejahatan seks terhadap anak, bukan berarti Indonesia sudah “darurat kekerasan seks terhadap anak”.

Hal itu diungkapkan Reza Indragiri Amriel, Penulis Buku ”Ajari Ayah, ya Nak” yang juga Ahli Psikologi Forensik dan aktivis Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang dipimpin Kak Seto, kepada KBK, Selasa (10/10/2017).

Dikatakan Reza, dengan berbagai kejadian kekerasan seks terhadap anak yang datanya terus meningkat dari tahun ke tahun belum tentu menandakan Indonesia darurat kekerasan seks terhadap anak.

“Kalau ada yang berpendapat demikian, ini sangat membahayakan dan membuat kepanikan para orang tua di seluruh Indonesia,” tutur Reza.

Menurut Reza, kenaikan akan kekerasan terhadap anak juga tidak perlu ditafsirkan sebagai akibat dari melemahnya sistem perlindungan anak di Tanah Air.

“Realitanya sangat mungkin tidak selinear itu. Karena pada satu sisi, persepsi masyarakat terhadap kejahatan seksual terhadap anak tampaknya telah berubah. Dulu, masalah semacam itu dianggap tabu dan dinilai sebagai peristiwa memalukan yang membawa aib bagi keluarga, sehingga enggan melaporkan kejadian tersebut. Tapi kini masyarakat paham bahwa anak-anak korban harus ditolong. Anak-anak yang menderita viktimisasi seksual bukan individu-individu yang harus dipaksa tutup mulut. Hatta anaknya sendiri yang mengalaminya, ” ungkap Reza.

Dilanjutkan Reza, perubahan sikap tersebut membuat masyarakat lebih terbuka, lebih responsif, sekaligus lebih percaya diri untuk selekasnya mendatangi polisi guna melaporkan masalah mereka. Kondisi psikologis masyarakat sedemikian rupa tentu akan mengakibatkan meningginya data kejahatan terhadap anak, baik yang terkumpul di kepolisian maupun lembaga-lembaga perlindungan anak.

“Satu tarikan napas dengan masyarakat, media massa pun menaruh atensi lebih mendalam terhadap peristiwa-peristiwa kejahatan seksual terhadap anak. Stamina media yang lebih tinggi terwujud dalam liputan berhari-hari dan tulisan berkolom- kolom. Gempuran pemberitaan yang intens itu menghajar kesadaran publik, yang disusul dengan tumbuhnya kengerian sekaligus kemarahan terhadap para predator serta keinsafan akan pentingnya upaya lebih massif untuk melindungi anak- anak,” terang Reza.

Jadi dengan terungkapnya data kekerasan seks terhadap anak yang naik dari tahun ke tahun, lanjut Reza, tidak perlu diartikan sebagai darurat. Itu hanya akan menambah kepanikan di masyarakat dan merusak psikologi massa.

“Ibarat nila setitik, akan merusak susu sebelanga,” imbuhnya.

Masih banyak prestasi lain yang dilakukan anak Indonesia dari pada mengeksploitasi keburukan yang menimpanya. “Mengungkapkan prestasi yang dilakukan anak-anak akan lebih memotivasi anak untuk berprestasi dari pada menimbulkan kepanikan mereka, sehingga menghalangi mereka untuk berprestasi,” jelas Reza.

Sejalan dengan itu, aspek hukum juga harus tetap berjalan. “Kita mendorong pihak kepolisian untuk mengusut tuntas dan pro aktif melakukan pencegahan terjadinya kekerasan seks terhadap anak di tanah air,” pungkas Reza.

  • Data Kekerasan Seks Anak;

Benarkah Kasus Kekerasan Terhadap Anak Menurun?

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.