Amazon Hentikan Layanan Pengenalan Wajah untuk Polisi

JAKARTA – Dalam sebuah posting blog yang mengejutkan, Amazon menyatakan akan menghentikan menyediakan teknologi pengenalan wajah untuk polisi selama satu tahun. Namun postingan itu tidak menyatakan menolak memberikan layanan untuk lembaga penegak hukum federal.

Moratorium dari Amazon dikeluarkan setelah dua hari sebelumnya raksasa teknologi IBM memutuskan meninggalkan pasar teknologi pengenalan wajah.

Arvind Krishna, Direktur Eksekutif IBM menulis “pengejaran keadilan dan keadilan rasial” sehubungan dengan protes baru-baru ini yang dipicu oleh pembunuhan George Floyd oleh seorang polisi kulit putih di Minneapolis, bulan lalu.

Pernyataan Amazon – hanya 102 kata panjangnya – tidak mengatakan mengapa Amazon memberlakukan moratorium. Ini kemungkinan sebagai tanggapan terhadap Undang-Undang Hukum Pemolisian, sebuah RUU yang disahkan akan membatasi polisi dapat menggunakan teknologi pengenalan wajah.

“Kami berharap moratorium satu tahun ini dapat memberi Kongres waktu yang cukup untuk menerapkan aturan yang tepat, dan kami siap membantu jika diminta,” kata Amazon dalam posting blog tersebut.

Amazon diketahui telah menyuplai teknologi pengenalan wajah, Rekognition, ke agen-agen federal, seperti Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai. Tahun lalu, kepala cloud Amazon Andy Jassy mengatakan dalam sebuah wawancara perusahaan akan memberikan Rekognition ke departemen pemerintah lainnya.

Juru bicara Amazon Kristin Brown menolak berkomentar lebih lanjut atau mengatakan jika moratorium berlaku untuk penegakan hukum federal.

Dikutip dari laman Techrunch ada lusinan perusahaan yang menyediakan teknologi pengenal wajah untuk polisi, tetapi Amazon adalah yang terbesar. Amazon telah berada di bawah pengawasan ketat setelah teknologi pemindaian wajah Rekognition menunjukkan bias terhadap orang-orang kulit berwarna.