30/04/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Guru Lumpuh yang Bertekad Mengajar Ngaji Hingga Akhir Hayat

3 min read

[ A+ ] /[ A- ]

MATAHARI mulai agak bergeser ke barat, namun teriknya masih terasa menyengat. Beberapa anak berbusana muslim, berjilbab dan berkopiah satu persatu memasuki sebuah rumah yang sederhana. “Assalamualaikum,” ucap mereka bergantian. Dan dari dalam rumah terdengar jawaban seorang pria dengan suara lirih, “waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.”

Setelah sampai di ruang tengah anak-anak itu nampaknya langsung menuju ke tempat tidur, di mana seorang pria tengah terbaring terlentang. Anak-anak tersebut duduk teratur mengelilingi tempat tidur pria itu dan secara bergantian mereka maju ke depan dan berdiri di dekat kepala pria tersebut. Apakah anak-anak itu datang untuk membesuk pria itu? Ternyata tidak. Ahmad Lukman dari Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa menyaksikan, anak-anak itu mendatangi pria yang tengah terbaring di tempat tidur itu bukan untuk membesuknya, akan tetapi untuk belajar mengaji kepadanya.

Lantas siapa yang terbaring itu? Dia adalah Sugiarto, kelahiran 1979. Ia lumpuh karena mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2002. Suagiarto adalah guru mengaji. Ia mengajar ngaji anak-anak di desanya sejak 1991, jauh sebelum ia kecelakaan yang menghantarkan dia pada pembaringan itu. Meskipun tidak punya pekerjaan lain, mengajar mengaji baginya bukanlah profesi. Akan tapi tidak lebih sebagai amaliah seorang hafiz dari alumni pesantren. Ia mengajar mengaji tidak menerima imbalan apapun, ia hanya dibayar dengan do’a oleh santrinya.

“Kecelakaan terjadi usai saya mengaji di Langgongsari Cilongok. Saya membonceng teman dan tertabrak bus. Bagian pinggang saya terlindas bus dan mengakibatkan lumpuh,” ujarnya.

Usai kecelakaan tersebut, dia mendapat perawatan rumah sakit di Solo sampai 40 hari. Akibatnya, aktivitas mengajar mengaji sempat berhenti karena kondisi badan yang tidak memungkinkan.

“Tetapi empat bulan usai kecelakaan, saya kembali mengajar mengaji. Satu yang menjadi semangat saya adalah Al Quran dan wejangan guru mengaji saya supaya apapun keadaannya, harus berbuat baik kepada sesama. Salah satunya dengan mengajar mengaji yang sudah dilakukan sebelum kecelakaan,” ungkapnya.

Saat ini, setiap sore hari mulai pukul 15.00 sampai 17.00 wib, anak-anak sekitar rumahnya di RT 05 RW 06 Grumbul Pucung Desa Karangbawang, Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang dari usia anak-anak belum sekolah sampai sekolah dasar, mengaji bergiliran mulai dari Iqro, Juz Ama dan Al Quran.

Terus darimana Sugiarto mendapatkan makan dan kebutuhan hidupnya? Sehari-hari ternyata ada seorang ibu yang bersahaja yang merawatnya. Mereka cuma hidup berdua, ayah dan pamannya sudah lama meninggal. Dan Rasitem, ibu kandung Sugiarto, sehari-hari berjualan es krim di sebuah sekolah dasar di desanya. Setiap hari es krim yang dijual seharga Rp500 itu, rata-rata terjual sekitar 200 pcs.

Bu Rasitem, 50, inilah yang merawat Sugiarto sejak ia lumpuh karena kecelakaan itu. Sugiarto sendiri sebenarnya mempunyai anak, kini sudah berusia 18 tahun. Tapi anak itu ikut dengan mantan isterinya karena perceraian mereka di tahun 2000. Sejak perceraiannya itulah Sugiarto tinggal bersama ibunya. Dan sang ibu sudah merawat Sugiarto hingga sekarang. Ibunya juga sudah mengusahakan berobat secara medis dan non medis untuk kesembuhan Sugiarto. Sampai akhirnya Sugiarto sendiri pasrah dan meminta ibunya tidak mengeluarkan uang lagi untuk mengobati dirinya.

“Masih ada pen di bagian dada dan pinggang yang sampai saat ini belum dilepas. Untuk makan bisa sendiri, tapi ibu saya yang menyiapkan. Kalau BAB saya pakai pempers,” ungkap Sugiarto.

Meskipun susah dan payah sehari-hari mencari nafkah dan merawat anaknya, melihat semangat anaknya mengajar mengaji, membuat ibu Rasitem bertambah semangat pula mencari nafkah, meski dilakoni dengan sisa-sisa tenaganya.

” Meski hanya bisa dilakukan di atas dipan kayunya, tapi dia iklas dan sabar menjalani takdir dari Allah Azza Wa Jalla,” ungkap Rasitem mengomentari anaknya.

Kepada Sugiarto sendiri ditanya oleh Ahmad Lukman, LPM Dompet Dhuafa sampai kapan dia akan mengajar mengaji? Sugiarto menjawab “Saya akan mengajar mengaji hingga akhir hayat.”

Terharu dengan Tekad Sugiarto, Ahmad Lukman pun menegaskan Dompet Dhuafa stand with Sugiarto. “Dompet Dhuafa akan membantu kebutuhan sehari-hari, bantuan rutin tiap bulan dan akan melakukan perawatan untuk kesembuhan luka di kaki serta memberi modal usaha untuk ibu Rasitem,” pungkas Ahmad Lukman.



Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.